Sabtu, 25 Juni 2011

Dhemit Conference ; just for another storyline ( maap dari kampung sebelah )

Disclaimer :

Kembali dikumandangkan, sesuai aturan perundangan yang berlaku, sudilah kiranya para penghuni sekalian memaklumi tulisan ini. Bukannya lagi hepi atau lagi pegimana, maksudnya sih hanya untuk bercanda belaka. Akan tetapi, jikalau ada handai taulan yang berkata ”Asem.....” sambil mengerutkan jidatnya itu ada dua sebab : Belum mandi, jadi kecut (solusinya segera mandi dulu biar asemnya hilang) atau lagi makan tom yam kekecutan (yang ini solusinya lebih sederhana, minum teh tawar kental sebanyak 7 galon, dijamin asemnya hilang berganti dengan pahit). Jika dhemit sudah tidak nongol tetapi ada suara krompyang, coba tanya ke Yuka, biasanya ember selalu dia bawa, jadi siapa tahu embernya jatuh. Nah yang ini untuk dhemitwan dan dhemitwati, terima kasih yang sebesar – besarnya, kehadiran anda menjadi inspirasi saya selain tentu saja dalangwati Nyi Dch. Peace ya... sesama dhemit dilarang saling mencibir... hehehe


Sudah berhari – hari tetua kawasan tidak kelihatan, selain capek dengan urusan bangun membangun rumah, tetua juga mesti mondar – mandir kesana kemari. Maklum banyak sekali urusan yang harus ditangani langsung oleh tetua. Maunya sih tetua bagi – bagi tugas, tapi ya gimana mau baginya ya?

Setelah konsultasi sana sini tibalah waktu bagi tetua untuk mengumumkan hari baik peresmian kawasan baru. Maka dikumpulkanlah para penghuni yang setiap hari rajin menunggu keluarnya tetua. Bahkan ada yang sampai berkata : “Biar Cuma satu menitttttt aja aku sudah puas kok asal tetua mau memperlihatkan raut wajahnya, belum mandi juga ndak papa, suer...”

Nah setelah berkumpul, maka tetua pun membeberkan rencananya. “Para penghuni dan dhemit sekalian. Dengan ini saya umumkan, kalau Tuhan mengijinkan, kita semua bisa menempati kawasan baru pada hari Rabu Kliwon, yah kenapa Rabu Kliwon, kok tidak Pon, Wage atau Legi, ya karena tanggal tersebut jatuhnya pas di hari pasaran Kliwon,” demikian penjelasan tetua.

“Tetua, dhemit juga di undang?” tanya salah satu penghuni

“Iya gak apa - apa kalau dhemit mau bergabung asal bersedia menanggalkan jubah dhemitnya yang tak tembus pandang, why not? Kawasan baru terbuka bagi semuanya,” balas tetua

“Lha nanti kalau dhemit bikin ulah pegimana tetua?” tanya yang lainnya

“Halah, begini dengerin ya, aku sudah menemukan mantra penolak dhemit, coba lafalkan tiga kali kalau bertemu dengan dhemit, di jamin ces pleng : dhemit ora dhulit, setan ora doyan (dhemit nggak nyolek, setan gak suka),” dan tetua pun melafalkan dengan khusyuknya.

Berbagai pertanyaan pun dilontarkan kepada tetua, seperti : Apakah di kawasan yang baru nantinya bisa ngundang sinden Yu Entub nggak? apakah ada kotak cat seperti di kawasan penampungan nggak? Pokoknya macam – macam pertanyaan yang dijawab tetua dengan senyum manisnya yang membuat sebagian penghuni klepek klepek.

Langsung saja semua penghuni manggut – manggut, dan berita ini pun tersebar ke seantero kawasan penampungan. Bahkan teman tetua yang doyan opor tumis pun datang langsung memberikan ucapan selamat kepada tetua.

“Selamat ya tetua, semoga cepat jadi rumah barunya supaya saya bisa lebih gayeng nantinya, sekarang ini saya cuman mampir aja lho ya, jadi jangan minta saya nongkrong di sini lebih lama, bukan karena apa, tapi emang hatjing... hatjing, nah ini buktinya,” katanya sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan kumel. ‘Duh sebenernya nih lebih enak di beranda atau rumahnya Jeng Ana,’ batinnya.

Mungkin di kawasan sementara ini banyak debu, jadi selama ini dia lebih suka berada di luar sana, habis alergi sih, gak level nkali. Jadi ya harap maklum. Begitu selesai ngomong, dia baru sadar ternyata dia hanya sendirian disana. Semua penghuni sudah pergi. Oh nasib...

Dan seperti biasa, aktivitas di kawasan penampungan pun kembali hiruk pikuk seperti biasanya, dimulai dari lomba menanam pohon bayam, masak – memasak, sampai bermain engklek ala kawasan.

Bagaimana dengan aktivitas para dhemit? O... rupanya mereka tak mau kalah dengan partai politik yang mengadakan Rapimnasus, para dhemit menggelar Radarsus alias Rapat Darurat Khusus mempertimbangkan tawaran tetua, istilah kerennya ‘Dhemitz Conference’.

“Wahai para dhemitwan dan dhemitwati yang budiman dan budiwati, ayo siapa yang rela bergabung dengan tetua? Konsekuensinya kalian harus menanggalkan jubah kalian masing-masing untuk disumbangkan kepada yang memerlukan,” demikian tanya sesepuh dhemit.


“Lha nanti kalau jubah saya tanggalkan, saya gak bisa mengusili para penghuni lagi dong?” tanya dhemitwan yang masa percobaannya per-dhemitan-nya belum habis. Oya, dhemit yang satu ini terkenal dengan julukan dhemit klontang, karena suka menggoda penghuni yang berada di ruangan kotak cat alias bilik gemuruh.

“Waduh, berarti saya gak bisa menginthil lagi dong, bakal ketauhan nih,” kata dhemit yang punya julukan dhemit kinthil karena memang hobby nya nginthil alias buntutin penghuni.

“Ya, kalau mau bergabung ya sudah tidak boleh usil lagi, tapi kalau memang gak mau bergabung ya ndak papa, nanti kalau penghuni pada baca mantra ya paling – paling hidung mu jadi gosong, atau paling tidak pantat jadi tepos” jawab sesepuh dhemit.

Konferensi dhemit kali ini juga membahas tentang ketakutan para dhemit akan mantra ampuh pengusir dhemit yang baru di temukan tetapi belum dikuasai oleh penghuni kawasan sementara ini, yaitu : “Jopa japu pinjal tumane asu, semprong bolong - buntu alu, ati - ati kowe nek mlaku, nek ra ati – ati iso kesandung watu.” (Jopa japu pinjal kutunya anjing, semprong berlobang - alu tertutup, hati - hati kalau kamu jalan, kalau gak hati – hati bisa tersandung batu)

Sebenarnya bukan salah dhemit jika suka usil di kawasan penampungan sementara. Mereka datang karena melihat kesibukan di kawasan penampungan sangat menyenangkan apalagi setelah mengetahui bahwa pemiliknya bernama Momodi, pas kan? Jadi dhemit pun betah berada disini, bahkan ada yang sampai berhari hari gak mau pulang saking senangnya.

Ya sutralah, namanya juga dhemit, mau diapakan lagi? Kenapa namanya dhemit? mungkin dulu sewaktu tinggal di rumah kediaman Jeng Ana (bukan berarti dhemit yang datang kesini berasal dari rumahnya Jeng Ana ya... ini hanya sebuah contoh), mereka merasa adhem trus mereka bilang begini : Hi... Adem... amit amit.... nah jadilah panggilannya dhemit. Makanya kalo tinggal di rumah ber AC harus berhati - hati kalo tidak mau seperti hi..... (Amit – amit jabang dhemit, maaf ya...)

Heboh dalam konferensi ini menghasilkan satu keputusan. Seperti apa keputusannya? Yah nanti sajalah kita lihat sama – sama kalau rumah baru sudah jadi ya. Bocoran sih sudah ditangan, karena kepentingan koalisi partai dhemit, maka tak boleh di umumkan dulu.


***

Sementara dhemit sedang berkonferensi, tak jauh dari sana tetua sedang termenung, diam tanpa sepatah kata pun. Pandangan matanya pun kosong, entah apa yang dipikirkannya. Tiba – tiba datanglah seorang penghuni yang dengan genjreng – genjreng menyanyikan lagunya Utha Likumahua, mencoba untuk menghibur :

Wajahmu ku pandang dengan gemas

Mengapa air mata slalu ada dipipimu

Hai nona manis biarkanlah bumi berputar

Menurut kehendak yang kuasa...

Apalah artinya sebuah derita Bila kau yakin itu pasti akan berlalu Hai nona manis biarkanlah bumi berputar Menurut kehendak yang kuasa

Tuhan pun tau hidup ini sangat berat Tapi takdir pun tak mungkin slalu sama Coba-coba lah tinggalkan sejenak anganmu Esok kan masih ada .. esok kan masih ada

Sepertinya penghuni yang satu ini mengira tetua sedang melamunkan masa lalunya, sehingga dia memilih lagu ini untuk dinyanyikan. Apalagi syairnya cocok ya sudah dengan pede nya dia mencoba menghibur tetua.

Sayang disayang lagu tadi bukannya membuat tetua tersenyum malahan membuat tetua miris, teringat akan perjuangannya dulu.

“Duh kamu gak tau sih apa yang ada dipikiranku,” demikian kata tetua pada akhirnya.

Bagi tetua hidup bersama penghuni kawasan lebih nyaman, bisa bergaul dengan penghuni daripada tinggal di kediaman Jeng Ana yang tertawa pun harus dihitung ihik - ihik nya, gak boleh lebih dari 3 kali, kalau lebih kena denda. Belum lagi kalau mau noleh, harus sesuai dengan peraturan ‘pacek gulu’ yaitu nolehnya harus dalam kelipatan 10 derajat, gak boleh langsung noleh.

“Lha kalau tetua gak kasih tau ya apa aku mengerti?” balas yang nanya

“Jangan – jangan tetua rindu masa lalu ya? atau tetua menyesal sudah tidak jadi ningrat lagi?”

“Bukan, ngapain?, emangnya gue pikirin?” balas tetua sewot

“Oh jadi tetua kangen sama bapaknya Jeng Ana? Atau tetua kangen ya sama Bandot Tua seperti beberapa penghuni lainnya? Atau jangan - jangan tetua kangen sama teman tetua yang suka opor tumis yang suka menghias dinding beranda bapaknya Jeng Ana?” tanyanya lagi

“Bukan, bukan itu maksudku. Duh... aku beneran kangen... berat nih,” tetua sudah hampir saja mewek dengan anggunnya. (Bayangin, mewek aja bisa anggun, apalagi kalo senyum ya? Bakalan nyesel tuh bapaknya Jeng Ana, lihat saja nanti).

“Duh tetua, kalau kangen ya mbok bilang - bilang dong, nanti aku kasih tau yang dikangeni biar datang kesini,” penghuni yang satu ini memang terkenal gigih untuk urusan korek mengorek.

“Bukan itu, aku itu nggak kangen sama orang,” tetua berkata sambil matanya sedikit melotot saking keselnya

“Oalah lhadhalah biyung biyung... jadinya kangen apa toh, lha namanya kangen kan ya sama orang tho ya. seperti ini contohnya saya lagi kangen dan rindu setengah mati sama mbakyu yang jual jamu gendhongan itu. Biasanya dia nyanyikan lagu kaya sinden Yu Entub. Jadi kangennya apa tho?” tanyanya lagi sambil alisnya mengkerut karena bingung.

“Hiks, aku tuh kangen sama bakso yang dulu sering aku makan disana, hiks,” akhirnya tetua bersedia menceritakan apa sebenarnya yang membuat hatinya galau dengan suara lirih.

Dahulu sewaktu masih tinggal di kawasan lama, tetua suka makan bakso di gang sebelah rumah bapaknya Jeng Ana. Setiap tetua makan bakso disana, selalu saja dapat bonus tambahan penthol bakso 1 buah. Seharusnya satu mangkok cuman isi 6 nah kalau tetua yang beli, petholnya ada 7.
“Ini buat Jeng Non, petholnya saya tambahin satu,” kata penjual baksonya sambil memamerkan giginya.

“Lho kenapa 7 bang?” tanya tetua

“Lha iya, jumlah hari kan ada 7, jadi buat Jeng Non, saya genepin jadi 7, biar Jeng Non tiap hari inget makan bakso disini,” papar penjual bakso yang memanggil tetua dengan sebutan Jeng Non.

Bukan hanya penjual bakso saja yang suka kasih bonus, penjual wedang ronde pun ikut – ikutan memberikan bonus penthol ronde dan memanggil dengan sebutan Jeng Non juga.

Nah pagi tadi setelah mengumumkan kepada para penghuni tentang rencana pembukaan kawasan baru, tetua di kabari oleh salah satu dayang bapaknya Jeng Ana kalau ada cerita lucu. Begini nih ceritanya, sewaktu Jeng Ana beli bakso, Jeng Ana minta bonus sama penjualnya.

Rupanya abang penjual baksonya kesel setengah mati sama Jeng Ana, gara – gara Jeng Ana, sudah berhari – hari Jeng Non tidak datang kesana.

Alih – alih memberikan bonus penthol, sengaja abang penjual bakso ini menambahkan garam 3 sendok makan dan 3 sendok makan cabe, terang aja begitu Jeng Ana mulai menyeruput kuahnya langsung girab - girab gak karuan. Dan tak lama kemudian bibirnya Jeng Ana jadi ‘njedir’ alias memble.

O... jadi kangennya tetua karena bakso tho. “Oalah, tetua, ya mbok wis nanti aku bawakan, mau bakso bulat, kotak atau trapesium nanti aku bawain ya.. ya.. ya.., tapi bukan kangen sama penjualnya kan? ” dan sambil noleh ke belakang dia berteriak memanggil juru masak yang biasa membuat bakso dengan campuran bunga sakura : “Oi... Suika..... mana baksonya?????”

PS : Jeng Non, jangan kangen lagi ya. kalau mau yuk makan bakso di Tanjung Duren, ada yang enak lho... hmmmm yummy... Mau? (Kalo yang ini beneran enaknya, suer....)


Regards, Plux

2 komentar:

  1. SAYA SANGAT BERTERIMAKASIH BANYAK KEPADA MBAH KARMOJO KARNA BERKAT BANTUANNYA SAYA YANG DULUNYA CUMA PENGUSAHA KECIL DAN SEBAGAI PENGUSAHA KECIL,SAYA SANGAT MEMBUTUHKAN YANG NAMANYA TAMBAHAN MODAL UNTUK USAHA..ALHAMDULILLAH ATAS BANTUAN MBAH KARMOJO KINI USAHA SAYA MAKIN BERKEMBAN DAN SAYA TIDAK PERLU LAGI PINJAM UANG DI BANK YANG PENUH RESIKO,KINI HANYA DENGAN MELAKUKAN “TRIK RAHASIA” MBAH KARMOJO SAJA SAYA BISA MENAN 4D NYA YAITU 2199 DAN DENGAN PENUH HARAPAN SAYA YANG DULUNYA SELALU MENCARI-CARI TAMBAHAN PENGHASILAN DAN SECARA TIDAK SEGAJA SAYA MENEMUKAN BEBERAPA KOMENTAR TENTANG MBAH KARMOJO DI INTERNET,KARNA PENASARAN AKHIRNYA DENGAN SISA UANG SAYA YANG TINGGAL SEDIKIT DAN SAYA JUGA MENGIKUTI SARAN MBAH KARMOJO DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL,,JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI MBAH KARMOJO DI 0823-2825-4444 NOMOR RITUAL MBAH KARMOJO MEMAN TIDAK ADA DUANYA.??????/

    BalasHapus
  2. SAYA IBU ENI INGIN BERBAGI CERITA KEPADA ANDA BAHWA SAYA INI DULUNYA ORANG YANG PALING SENSARA DIDUNIA.SETIAP HARI ISTRI SAYA SELALU MENGELUH TENTAN MASALAH EKONOMI BAHKAN KAMI PERNAH TIDAK MAKAN DALAM 1 HARI 1 MALAM,KE ESOKAN HARINYA ADA TETANNGA KAMI YG MEMBAWAKAN MAKANAN DAN TIDAK DISENGAJA DIA JG BERCERITA TENTAN MASALAH HIDUPNYA DULU DAN AKHIRNYA DIA MEMBERIKAN NO MBAH RINGGO..TIDAK BERPIKIR PANJAN SY LANSUN MENGHUBUNGI MBAH RINGGO DAN ALHAMDULILLAH BELIAU SANGAT MEMBANTU SAYA DAN SY SANGAT BER TERIMAKASIH KEPADA MBAH RINGGO ATAS BANTUANNYA YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA YAITU (4514) SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL DAN KINI SAYA SANGAT BAHAGIA MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA YG SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA DAN MEREKA JUGA TDK PERNAH LAGI MENGELUH MASALAH KEUWANGN,,KAMI JG SUDAH BERENCANA INGIN MEMBUKA TOKO SENDIRI ITU SEMUA BERKAT BANTUAN MBAH RINGGO DAN BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA YG MEMERLUKAN BANTUAN MBAH RINGGO SILAHKAN HUB 085-205-213-777- SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKANNYA SENDIRI.

    BalasHapus